Title : Christmas Miracle
Genre : Romance, Fantasy
Rated : PG-15
Length : OneShoot
Author : Djiulie
Main Cast : Dong Jun [ZE:A] as Kim Dong Jun
Sulli [f(x)] as Choi Jin Ri
Jung Ah [After School] as Kim Jung Ah
Thunder [MBLAQ] as Choi Sang Hyun &
Gabriel
Other Cast : Han Jung Soo as Kim Jung Soo
Theme Song : Infinite-White Confession
The Main Cast....
1) Dong Jun [ZE:A]
2) Sulli [f(x)]
3) Jung Ah [After School]
4) Thunder [MBLAQ]
“ Nyonya,
sepertinya sudah tidak ada harapan lagi bagi Tuan muda. Dokter sudah angkat
tangan. Tuan muda tidak akan mampu bertahan tanpa bantuan alat-alat penunjang
hidup,” kata seorang pria gagah bertubuh tegap dengan jas rapi pada Nyonyanya.
“ Berapa
persen kemungkinan Dong Jun akan sadar?” tanya seorang wanita berambut pendek
yang sangat anggun itu dengan wajah tanpa ekspresi.
“ Sudah tiga
bulan ini Tuan muda tidak sadarkan diri.. Dokter hanya berkata.. Jika dalam
waktu seminggu lagi Tuan muda tidak sadar.. Maka kemungkinan untuk terjadi keajaiban
hanya satu sampai lima persen, Nyonya..” kata pria gagah itu.
“ Kalau
begitu.. Kita tunggu saja satu minggu lagi. Aku akan melakukan apapun untuk
menyelamatkan nyawa Dong Jun,” kata Ibu Dong Jun yang bernama Kim Jung Ah itu.
-Dong Jun’s POV-
Saat aku
membuka mata, yang kudapati adalah ruangan luas yang kosong dan serba putih..
Tapi.. Ini bukan rumah sakit. Apa aku sudah mati? Sepertinya begitu.. Kalau aku
mati, itu bukan masalah.. Tapi jika tidak, seharusnya aku berada di rumah sakit
sekarang.. Aku hanya megingat saat terakhir itu.. Aku mengalami kecelakaan.. Aku
menyetir dalam keadaan mabuk.. Lalu, aku tidak bisa mengendalikan mobilku,
hingga aku menabrak sebuah truk besar. Setelah itu, aku berada di sini..
Aku
memberanikan diri berjalan menuju pintu yang berada di ujung ruangan ini.
Kubuka pintu itu perlahan..
“ Ah! Kau
sudah sadar?” tanya seorang gadis yang sangat cantik. Kulitnya putih bagai
salju dan senyumnya sangat menawan.
“ Siapa
kau?” tanyaku heran.
“ Aku Choi
Jin Ri. Aku yang menolongmu. Kau pasti tidak mengetahuinya.. Kau sudah cukup
lama tidak sadarkan diri..” kata gadis itu tersenyum.
“ Kurasa
sebaiknya kau mandi dan mengganti pakaianmu,” kata seorang pria berwajah lumayan
manis dengan rambut kecoklatan itu.
“ Ah!! Oppa,
idemu bagus sekali!” seru Jin Ri itu menanggapi perkataan pria itu.
Aku hanya
bisa diam dan mendengarkan saja apa yang mereka bicarakan..
“ Hei..
Siapa namamu?”tanya Jin Ri ramah.
“ Dong Jun.
Kim Dong Jun,” jawabku singkat.
“ Berapa
umurmu?” tanya Jin Ri lagi.
“ Dua puluh
satu tahun,” jawabku.
“ Wah! Kau
lebih tua dariku.. Kurasa.. Aku harus memanggilmu Oppa..” kata Jin Ri dengan
ekspresi polos.
Astaga..
Gadis ini benar-benar sangat mempesona. Tapi.. Aku tidak akan jatuh cinta
padanya! Cinta dan persahabatan hanyalah bualan!
Lima
setengah bulan sebelum kecelakaan itu terjadi..
-Flasback-
Sejak
beberapa waktu yang lalu, aku sering merasa pusing, mual, pengelihatanku
terkadang menjadi kabur, dan aku menjadi mudah lelah. Aku tahu, sejak kecil
kondisi kesehatanku memang buruk. Ibu selalu saja cerewet dan mengomeliku.
Tapi, yang kurasakan akhir-akhir ini sangat berbeda. Aku benar-benar merasa
SAKIT.. Aku memutuskan untuk ke dokter tanpa sepengetahuan Ibuku. Tanpa
mengatakan apa-apa, Dokter Lee menyuruhku melakukan serangkaian tes
pemeriksaan. Aku melakukannya karena Dokter Lee adalah dokter keluargaku. Aku
mempercayainya..
Hari itu
adalah hari di mana aku harus mengambil hasil tesku dan mendengarkan hasil
pemeriksaan Dokter Lee..
“ Dong
Jun-ah.. Akhirnya kau datang juga,” kata Dokter Lee tepat saat aku masuk ke
ruangannya.
“ Ah..
Mian.. Tadi aku ada beberapa urusan,” jawabku tersenyum.
Aku pun
duduk di hadapan Dokter Lee masih dengan senyumanku, tanpa aku tahu bahwa aku
harus mendengarkan hal yang mengagetkanku..
“ Dong
Jun-ah.. Aku benar-benar harus bicara serius padamu kali ini,” kata Dokter Lee
serius.
“ Wae? Ada
apa ini? Kau jangan membuatku takut,” kataku.
“ Hhh..”
Dokter Lee menarik nafas panjang. Entah mengapa, perasaanku semakin kalut.
“ Cepatlah
bicara! Ada apa dengan diriku?!” desakku.
“ Kumohon
tenanglah dulu..” kata Dokter Lee.
“ Bagaimana
aku bisa tenang jika kau menatapku dengan tatapan seolah aku akan mati
besok?!!” bentakku.
“ Dong
Jun-ah.. Aku minta maaf. Aku sungguh-sungguh minta maaf harus menyampaikan hal
buruk padamu..” kata Dokter Lee menunduk sambil mengeluarkan hasil tesku, lalu
memberikannya padaku.
Kubuka
amplop besar itu perlahan dan kukeluarkan segala berkas yang ada di dalamnya.
Aku membaca semuanya sambil mendengarkan penjelasan Dokter Lee..
“ Kau
menderita kanker otak stadium tiga. Jika kau mulai pengobatan sekarang..” belum
selesai Dokter Lee bicara, aku langsung melempar semua berkas itu dan aku segera
meninggalkan ruangan Dokter Lee sebelum aku mengetahui betapa mengerikannya
penyakit yang bersarang di tubuhku saat ini.
Aku memacu
mobilku menuju sebuah bar dan aku pun berusaha melarikan diri dari kenyataan
melalui rokok dan alkohol..
-Flashback ends-
Aku tahu
sejak dulu, tidak seorang pun tulus menjadi temanku.. Mereka hanya berusaha
mendekatiku untuk memanfaatkan uang yang kupunya. Aku sedikit merasa malas
terlahir sebagai putra dari seorang Kim Jung Ah yang notabene adalah model
terkenal juga merupakan istri dari Kim Jung Soo, seorang pengusaha di bidang
perhotelan. Ayah sudah meninggal tiga tahun yang lalu, dan aku ‘lah pewaris
tunggal semua asetnya. Semua orang berusaha dekat denganku tapi dengan maksud
yang tidak jauh dari uang. Mereka kira aku tidak mengetahuinya, tapi aku dapat
membedakan orang tulus dengan yang tidak dengan mudah. Mereka pikir aku bodoh?
“ Segeralah
mandi dan pakai saja baju ini. Ini pakaianku, kuharap ukurannya pas untukmu,”
kata laki-laki yang dipanggil Jin Ri dengan panggilan Oppa itu.
“ Ya! Siapa
namamu?” tanyaku.
“ Choi Sang
Hyun,” jawabnya cepat.
“ Ah..”
“ Cepatlah
mandi. Kau pikir kami akan membiarkanmu terus menumpang dengan gratis di sini?”
kata Sang Hyun cepat.
“ Ne.
Gomawo, Sang Hyun-ssi,” kataku, lalu segera menuju ke kamar mandi.
Astaga.. Aku
tidak percaya harus tinggal di rumah sederhana seperti ini! Kamar mandinya
sempit sekali! Tapi.. Mengapa rumah sekecil ini bisa memiliki ruangan yang
begitu luas seperti tempat saat aku bangun tadi, ya? Aish.. Entahlah.
Aku
menyalakan shower dan dalam sekejap air hangat membasahi tubuhku. Banyak hal
yang menghampiri otakku. Aku benar-benar tidak percaya aku masih hidup setelah
kecelakaan itu menimpaku. Seharusnya aku mati saja! Karena pada akhirnya aku
juga tetap akan mati dalam waktu dekat! Entah karena kecelakaan atau karena
kanker yang bersarang di tubuhku..
Saat aku
keluar dari kamar mandi, senyuman Jin Ri menyambutku..
“ Dong
Jun-oppa, sarapannya sudah kusiapkan,” katanya tersenyum manis.
“ Kau tidak
usah berpura-pura baik padaku. Simpan saja semua senyum palsumu itu!” kataku
dingin.
Aku tahu itu
hanyalah senyuman palsu dari orang picik. Di dunia ini tidak ada yang bisa
kupercaya selain diriku sendiri..
“ Oppa..
Mengapa kau berkata seperti itu...?” tanya Jin Ri dengan mata berkaca-kaca.
“ YA!! Apa
yang sudah kau lakukan?!!” seru Sang Hyun yang melihat Jin Ri tengah terisak.
Astaga.
Gadis yang benar-benar munafik!
“ Aku tidak
membutuhkan kebaikan palsu kalian! Aku akan pergi sekarang juga!” kataku kasar,
lalu aku meninggalkan rumah itu.
Begitu aku
berada di luar rumah, suasana di daerah itu terasa sangat asing. Ini bukan di
Seoul! Di mana ini?
“ Jogyo..
Apa kau tahu di mana ini?” tanyaku pada seorang gadis yang langsung menatapku
dengan tatapan terpesona. Yah.. Itulah reaksi para gadis jika melihatku.
“ Ini.. Di
Saint Lucia city,” jawab gadis itu dengan wajah bersemu merah.
“ Ah.
Gomawo,” kataku segera meninggalkan gadis itu.
Saint Lucia
city? Di mana ini? Ini bukan di Seoul, bahkan ini bukan Korea Selatan!! Astaga!
Apa yang harus kulakukan?
Dengan
sangat terpaksa, aku kembali ke rumah Jin Ri..
“ Untuk apa
kau kembali ke sini?” tanya Sang Hyun sinis.
“ Jika aku
tahu di mana ini, aku tidak akan pernah mau kembali ke sini,” kataku datar.
“ Cih.
Pergilah! Jangan harap aku akan..” perkataan Sang Hyun terpotong.
“ Oppa!!
Biarkan saja diatinggal di sini sampai dia mengenal kota ini,” sela Jin Ri.
“ Aish!
Terserah kau sajalah!” kata Sang Hyun kesal, lalu masuk ke sebuah ruangan lain,
sepertinya kamarnya, meninggalkan aku dan Jin Ri di ruang tengah.
“ Mianhae..
Sang Hyun-oppa memang mudah sekali emosi,” kata Jin Ri.
“ Aku tidak
peduli,” sahutku singkat.
“ Wae?
Mengapa kau menilai kebaikan orang lain padamu sebagai sebuah maksud
terselubung?” tanya Jin Ri.
“ Apa maksud
pertayaanmu?” tanyaku berpura-pura tidak mengerti.
“ Tidak usah
berpura-pura bodoh. Dari sikapmu, aku bisa menebak bahwa kau tidak pernah
mempercayai kebaikan orang lain padamu. Apa aku mengatakan hal yang salah?”
kata Jin Ri tersenyum penuh keyakinan.
Aku hanya
terdiam. Memang, semua yang dikatakannya adalah kebenaran..
“ Mengapa
terdiam? Semua yang kukatakan benar ‘kan?” tanya Jin Ri tersenyum.
“ Ne. Kau memang
benar. Lantas, apa ada yang mengganggumu?” kataku tajam.
“ Ani. Aku
hanya merasa kasihan padamu. Selamanya kau tidak akan bisa merasakan betapa
indahnya hidupmu. Kau tidak akan bisa menikmati hidup dan tidak akan pernah
mengerti apa arti dari kebahagiaan yang sesungguhnya,” kata Jin Ri.
“ Itu bukan
masalah. Hidupku juga tidak akan lama lagi,” jawabku datar.
“ Karena
kanker otak?” tanya Jin Ri.
Bagaimana
dia bisa tahu?
“ Mengapa
kau bisa tahu?” tanyaku heran.
“ Kau tidak
perlu tahu bagaimana aku bisa mengetahui tentang hal ini. Jadi benar karena
masalah kanker otak itu?” kata Jin Ri.
“ Mungkin,”
jawabku ragu. Aku sendiri tidak tahu kapan aku akan mati. Tapi yang aku tahu
dan sangat aku sadari adalah hidupku memang tidak akan lama. Satu tahun itu
sudah merupakan waktu yang sangat panjang bagi penderita kanker sepertiku.
“ Bukankah
jika hidupmu sudah tinggal sedikit, lebih baik kau melakukan segala yang kau
ingin lakukan. Menemukan kebahagiaan.. Menikmati akhir hidupmu itu agar kau
bisa pergi tanpa penyesalan,” kata Jin Ri tersenyum.
“ Orang yang
sehat seperti kau tidak akan mengerti,” sergahku.
“ Ani.
Akulah yang paling mengerti..” kata Jin Ri, sekejap senyumnya menghilang.
“ Apa
maksudmu?” tanyaku.
“ Aku sangat
mengerti karena aku pun tidak memiliki waktu yang cukup banyak,” kata Jin Ri.
“ Ada apa
dengan dirimu?” tanyaku lagi.
“ Organ
tubuhku.. Sejak aku lahir, organ tubuhku sudah dalam keadaan yang tidak baik.
Fisikku sangat lemah. Jika flu sedikit saja, aku bisa pingsan dan harus
terbaring di tempat tidur berhari-hari,” jelas Jin Ri.
Sama
sepertiku. Tapi.. Kurasa keadaannya lebih parah dariku. Setidaknya, karena obat
dari Dokter Lee, fisikku menjadi lebih kuat..
***
Tanpa
kusadari, hatiku mulai terbuka untuk seorang gadis bernama Jin Ri.. Beberapa
hari kami menghabiskan hari-hari bersama. Aku merasa semakin nyaman berada di
dekatnya. Senyumnya.. Aku mulai jatuh cinta pada senyumannya itu..
Aku menemani
Jin Ri berbelanja. Kini, kami tengah dalam perjalan kembali ke rumah. Entah
mengapa, di rumah sempit itu aku merasakan kehangatan yang selama ini tidak
pernah kurasakan. Kehangatan keluarga dan sahabat.. Dan mungkin.. Cinta.
“ Ah..
Salju!” seru Jin Ri tersenyum senang.
“ Kau suka
salju?” tanyaku.
“ Ne! Salju
itu sangat indah. Walaupun dingin, salju itu sangat lembut..” kata Jin Ri
tersenyum sambil menatap langit.
Aku hanya
terdiam dan ikut menatap langit..
“ Hmm..
Terkadang, aku merasa kau seperti salju. Kau terlihat sangat dingin, tapi aku
merasa sebenarnya kau memiliki hati yang hangat..” kata Jin Ri.
Perkataannya
membuatku spontan menatapnya. Tiba-tiba dia berbalik menatapku, aku segera
membuang muka. Aku mulai merasakan wajahku menghangat..
“ Aku tidak
menyukai persamaan itu,” kataku cepat.
“ Wae? Aku
menyukainya. Salju dan kau..” kata Jin Ri polos sambil terus menatapku.
“ Ya! Aku
‘kan jauh lebih tampan dibanding salju,” kataku asal.
Aish.. Apa
yang kukatakan ini? Dia pasti akan mengira aku ini narsis sekali..
“
Hahahahahahahaha..” tawa Jin Ri meledak.
Aduuuuhhh..
Bodoh!! Benar-benar bodoh!! Kim Dong Jun, kau benar-benar mempermalukan dirimu
sendiri!!
“ Ya!!
Berhentilah tertawa!!” seruku.
“ Hmph.. Ne,
ne..” kata Jin Ri sambil menahan tawa.
Jin Ri
kembali menatapku..
“ Wae? Apa
ada sesuatu di wajahku?” tanyaku.
“ Ani. Hanya
saja.. Aku baru sadar.. Kau memang lebih tampan dibanding salju,” katanya
tersenyum.
Astaga..
Gadis ini.. Dia bagaikan malaikat. Tuhan, hanya kali ini saja aku memohon
padamu.. Biarkan gadis ini terus menemaniku sampai waktuku tiba.. Kali ini
saja.. Aku tidak pernah meminta apapun! Kumohon kali ini saja..
BRUK!
Tiba-tiba saja Jin Ri terjatuh dan terkulai di tanah..
“ Ya!! Jin
Ri-ah!!” seruku berusaha membangunkannya.
Ya Tuhan..
Apa Kau begitu membenciku? Aku tidak pernah meminta apapun dari-Mu! Hanya kali
ini aku meminta pada-Mu! Aku ingin bersama Jin Ri! Tapi Kau berniat langsung
mengambilnya?!!!!
“ Jin
Ri-ah.. Kau pasti baik-baik saja..” kataku sambil menggendong Jin Ri di
punggungku, membawanya kembali ke rumah secepat mungkin..
“ Apa yang
teradi padanya?!” tanya Sang Hyun kaget saat membuka pintu dan melihat Jin Ri
dalam keadaan tidak sadarkan diri.
“ Entahlah.
Aku juga tidak tahu. Dia tiba-tiba saja pingsan,” jawabku cepat sambil
membaringkan tubuh Jin Ri di sofa.
“ Astaga..
Badannya panas sekali..” kata Sang Hyun sambil meletakkan tangannya di dahi Jin
Ri.
Sang Hyun
segera mengambil selimut.. Aku terdiam di samping Jin Ri..
“ Oppa..”
gumamnya lirih sambil menarik ujung bajuku.
“ Wae?”
tanyaku sambil mendekatkan telingaku padanya.
“ Tolong
genggam tanganku..” pintanya lemah, matanya masih terpejam.
Aku
menggenggam tangan kanannya yang kecil..
“ Gomawo,”
katanya.
Sang Hyun
kembali dengan selimutnya, lalu menyelimuti Jin Ri..
“ Dia memang
selalu begitu. Saat dia sakit, dia tidak bisa tidur jika tidak menggenggam
tanganku. Tapi.. Biasanya dia hanya mau denganku.. Mengapa sekarang dia mau
denganmu, ya?” kata Sang Hyun heran.
Aku hanya
mengangkat bahu..
“ Aku memang
tidak menyukaimu, tapi kurasa adikku menyukaimu. Jangan pernah kau membuatnya
menangis, atau kau akan merasakan akibatnya,” kata Sang Hyun tajam, lalu
meninggalkanku dengan Jin Ri.
Apa benar
Jin Ri menyukaiku? Ehem.. Sebenarnya aku juga menyukainya.. Tapi, apa rasa
sukanya padaku dengan rasa sukaku padanya merupakan perasaan yang sama?
***
Malam ini
adalah malam Natal.. Aku dan Jin Ri menghabiskan waktu berjalan-jalan di kota
sambil menanti tibanya Natal. Sang Hyun entah ada urusan apa, dia sudah pergi
sejak pagi..
“ Sejak dari
kau datang sampai hari ini.. Kau sudah banyak berubah, Oppa..” kata Jin Ri
tersenyum seperti biasa sangat menawan.
“ Oh, ya?
Aku tidak menyadarinya,” kataku.
“ Hmm.. Kau
berubah menjadi orang yang lebih hangat.. Kau juga tidak lagi berprasangka
buruk pada orang lain. Kau juga terlihat lebih bahagia sekarang dibanding saat
kau datang. Saat itu, kau benar-benar terlihat seperti seseorang dengan
kehidupan yang paling malang di dunia ini..” jelas Jin Ri.
“
Hahahaha..” aku hanya tertawa.
Aku sangat
sadar bahwa semua yang dikatakannya adalah suatu kebenaran. Dia mengajarkan
banyak hal padaku. Dia mengajarkanku bagaimana mensyukuri hidup, dia juga
mengajariku bagaimana menjalani hidup agar aku tidak menyesal pada saat aku
tidak dapat lagi melihat hari esok. Dia juga membuka mataku bahwa tidak semua
orang yang ada di dunia ini adalah orang munafik. Dia menyadarkanku akan arti
kebahagiaan dalam hidup.. Choi Jin Ri.. Dia adalah malaikat yang dikirim Tuhan
untukku. Baru kali ini aku merasakan anugerah Tuhan yang begitu nyata untukku..
Dan anugerah itu datang dari seorang gadis yang berhasil membuatku bertekuk
lutut.. Choi Jin Ri..
“ Jin
Ri-ah.. Sudah sejak lama aku ingin menanyakan hal ini.. Sebenarnya ini di mana?
Saint Lucia city.. Aku tidak pernah mendengar nama kota ini sebelumnya.. Apa
ini di Korea Selatan?” kataku bingung.
“ Aku
sendiri tidak mengerti, Oppa.. Yang kuingat.. Saat pertama kali aku datang ke
sini, Sang Hyun-oppa yang menyapaku dan mengatakan kalau aku mengalami
kecelakaan sehingga aku tidak ingat siapa dia dan melupakan segala hal.. Sang
Hyun-oppa juga menceritakan masa kecil kami di sini.. Tapi.. Sayangnya..
Ingatanku tidak kunjung kembali..” jelas Jin Ri.
“ Lalu.. Di
mana kau menemukanku?” tanyaku bingung.
“ Entahlah.
Sang Hyun-oppa yang membawamu ke rumah dan menyuruhku merawatmu..” jawabnya
ringan.
“ Lalu,
bagaimana kau bisa tahu kalau aku mengidap kanker otak?” tanyaku lagi.
“ Sang
Hyun-oppa yang memberi tahuku,” jawab Jin Ri polos.
Ini sedikit
aneh.. Selama aku di sini, gejala kankerku tidak pernah muncul. Sedikitpun
tidak. Yang lebih aneh, Jin Ri pun tidak tahu kota apa sebenarnya Saint Lucia
city ini karena dia hilang ingatan. Yang membuat semuanya semakin aneh, mengapa
ingatannya tidak kembali sedikitpun? Padahal seharusnya, ingatan itu akan
muncul sedikit demi sedikit jika dia berada di lingkungan tempat di mana dia
tinggal. Walau hanya sedikit saja, dia pasti mengingatnya.. Yang paling aneh
adalah Sang Hyun.. Dia yang membawaku.. Dia mengatakan pada Jin Ri yang hilang
ingatan bahwa dia adalah Kakak Jin Ri.. Dan Dia juga yang memberi tahu Jin Ri
kalau aku menderita kanker otak.. Ini benar-benar tidak beres..
“ Hmm..
Oppa, ada apa sebenarnya? Mengapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?” tanya
Jin Ri heran.
“ Ani. Hanya
saja..”
DUAR!!
DUAR!! DUAR!! DUAR!! Kata-kataku terhenti karena suara kembang api yang mulai
meluncur ke angkasa..
“ Oppa!!
Lihat!! Indah sekali!!” seru Jin Ri senang.
“ Ne. Sangat
indah..” kataku.
“ Di Seoul
lebih banyak festival kembang api yang lebih indah dibanding ini, tapi festival
kembang api ini yang paling indah yang pernah kulihat.. Karena aku melihatnya
bersamamu..” kataku pelan sambil menatap Jin Ri.
“ Wae? Apa
kau bicara sesuatu?” tanya Jin Ri bingung. Aku tahu, dia tidak akan
mendengarnya. Biarlah.. Biar nantinya Tuhan yang memutuskan.. Apa aku akan
bersama Jin Ri untuk selamanya atau tidak..
“ Oppa!! Ayo
kita foto bersama!!” ajak Jin Ri sambil menarik lenganku ke sebuah stand foto.
Jin Ri
memaksaku memakai kostum pangeran, sedangkan ia memakai gaun era Victoria
berwarna putih. Jin Ri terlihat sangat cantik dalam balutan gaun itu..
“ Baiklah..
Kami akan segera mengambil foto Anda. Satu, dua.. CKRIK!!”
Lampu blitz
menyilaukan mataku. Saat aku sadar, aku sudah berada di ruangan serba putih,
ruangan tempat aku bangun saat aku pertama kali menginjakkan kaki di Saint
Lucia city.. Aku melihat seorang pria berdiri memunggungiku. Punggung itu tak
asing untukku.. Dia..
“ Sang
Hyun?” panggilku. Memastikan apa dugaanku itu benar atau salah.
“ Ne..”
jawabnya tersenyum. Sang Hyun mengenakan pakaian serba putih, membuatnya
terlihat berbeda dibanding biasanya.
“ Apa yang
kau lakukan di sini? Mengapa aku tiba-tiba berada di sini? Saint Lucia city,
kota apa ini? Dan.. Siapa kau sebenarnya? Mengapa kau bias tahu kalau aku
mengidap kanker otak?” tanyaku beruntun.
“ Hahaha..”
Sang Hyun tertawa.
“ Aku berada
di sini untuk mengantarkanmu kembali. Belum saatnya kau meninggal sekarang..”
katanya tersenyum.
“ Apa
maksudmu? Aku ‘kan memang masih hidup?” tanyaku heran. Aku tidak mampu
menyembunyikan rasa penasaranku.
Mendadak
sepasang sayap putih muncul di punggung Sang Hyun. Aku ternganga, tak dapat
berkata apa-apa lagi karena terlalu kaget..
“ Saint
Lucia city adalah tempat untuk roh yang tengah menunggu keputusan Tuhan. Semua
yang berada di kota ini adalah roh yang terombang-ambing dalam hidup dan mati..
Kau pun begitu.. Aku membawamu ke sini atas titah-Nya. Beliau ingin mengajarkan
arti hidup padamu, menyadarkanmu bahwa Beliau mengasihimu.. Agar kau bisa
menemukan kebahagiaanmu.. Agar kau tidak menyesal saat Beliau memanggilmu
kembali.. Dan aku sebenarnya adalah Gabriel.. Aku diutus untuk mewujudkan semua
itu..” jelas Sang Hyun.
Aku menelan
ludah.. Dia malaikat. Itu sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana dia bisa
mengetahui bahwa aku mengidap kanker otak..
“ Lalu Jin
Ri?” tanyaku.
“ Sama
sepertimu. Jin Ri juga terombang-ambing. Tapi Beliau belum mengeluarkan
titah-Nya untuk membawa atau mengembalikan Jin Ri..” jawab Sang Hyun, ehem..
Gabriel.. Entahlah. Aku lebih suka memanggilnya Sang Hyun.
“ Apa yang
akan terjadi padaku setelah ini?” tanyaku lagi.
“ Kau akan
kembali ke tubuhmu yang tengah tak sadarkan diri di rumah sakit Seoul. Tenang
saja.. Sebagai hadiah karena kau sudah membuat Jin Ri banyak tersenyum..
Ingatanmu selama kau berada di sini tidak akan kuhapus..” katanya tersenyum.
“ Tapi.. Jin
Ri? Apa aku bisa bertemu dengannya?” tanyaku lagi. Aku tidak mau kehilangan Jin
Ri!
“ Aku tidak
bisa menjawab hal itu. Hal itu biarkan Beliau yang mengaturnya..” kata Sang
Hyun.
“ Tapi..”
“ Waktumu
untuk kembali sudah tiba, Dong Jun..” kata Sang Hyun.
“ Kumohon..
Sampaikan padanya.. Bahwa aku sangat menyayanginya..” kataku secepat yang aku
bisa.
Tidak ada
jawaban dari Sang Hyun. Dia sudah pergi.. Dan mendadak semuanya menjadi gelap..
***
“ Tangannya
bergerak!!” samar-samar kudengar suara Ibu.
Aku membuka
mataku perlahan. Pandanganku kacau, masih belum fokus..
“ Dong
Jun-ah! Kau bisa mendengarku?” kata Ibu sambil menyentuh pipiku.
“ Ah.. Ibu..”
panggilku lirih sambil bangkit dan duduk.
“ Akhirnya
kau sadar!!” kata Ibu senang dan langsung memelukku.
“ Ibu..
Sudah berapa aku berada di sini?” tanyaku.
“ Tiga bulan
lebih Dong Jun.. Apa kau tahu Ibu begitu takut kau akan meninggalkan Ibu
seperti almarhum ayahmu..” kata Ibu sambil memelukku dan menangis.
“ Mianhae..
Maaf aku sudah membuatmu begitu khawatir..” kataku sambil memeluk Ibu.
“
Gwenchanayo.. Yang penting sekarang kau baik-baik saja..” kata Ibu.
Aku terdiam
sambil terus memeluk Ibu yang masih saja menangis..
“ Dong
Jun-ah..” panggil Ibu lembut sambil mengelus rambutku.
“ Ne?”
“ Selamat
hari Natal..” kata Ibu.
“ Natal?”
kataku terkaget.
“ Ehem..
Selamat hari Natal juga, Bu..” ralatku sambil tersenyum.
“ Kau tahu..
Ini mukjizat Natal terdahsyat yang pernah Ibu alami..” kata Ibu.
“ Mengapa
bisa begitu?” tanyaku heran.
“ Dokter Lee
mengatakan hari ini adalah hari terakhir.. Jika kau tidak sadarkan diri, maka
dia akan lepas tangan.. Lagipula, teganya kau tidak memberi tahu Ibu bahwa kau
terserang kanker otak secara tiba-tiba?!” kata Ibu terlihat kesal saat
mengetahui aku menyembunyikan semua itu darinya.
“ Mianhae..”
aku hanya bisa meminta maaf pada Ibu sebanyak yang aku bisa.
“ Tapi
untungnya.. Mukjizat Natal itu tidak berakhir hanya dengan kau bangun.. Dokter
Lee memeriksamu beberapa jam sebelum kau bangun tadi.. Dan ternyata sel kanker
yang berada di otakmu tiba-tiba lenyap!” kata Ibu senang.
“ Jinjja?”
tanyaku tak percaya.
“ Ne. Karena
itulah Ibu mengatakan bahwa ini adalah mukjizat Natal terdahsyat dalam hidup
Ibu..” kata Ibu.
“ Bu.. Aku
ingin menceritakan sesuatu..” kataku.
“ Ne.
Ceritakan saja..” kata Ibu.
“ Saat aku
tertidur.. Aku bertemu dengan seorang gadis..”
Jin Ri.. Aku
sudah kembali ke dunia nyata. Kapan kau akan menyusulku ke sini? Aku akan
menunggumu..
***
-Beberapa bulan kemudian-
Aku memasuki
cafe Moonlight itu dengan perasaan yang sangat ringan. Aku merasa segala
bebanku telah lepas.. Hanya satu hal saja yang masih membebaniku.. Jin Ri.. Aku
masih belum bertemu dengannya..
Aku berjalan
menaiki tangga, aku memilih bangku di balkon cafe itu..
“ Selamat
siang, Tuan.. Anda ingin memesan apa?” kata waitress yang baru saja menghampiri
mejaku.
Aku menoleh.
Dan segera aku terbelalak kaget.. Dia di sini!! Dia Jin Ri!!
“ Jin Ri..”
desisku pelan.
“ Hmm..
Maaf.. Mengapa Anda bisa tahu nama saya?” kata Jin Ri heran.
Astaga..
Ingatannya dihapus. Semua memorinya saat bersamaku dihapus..
“ Hm..
Mungkin kau tidak ingat.. Tapi, kita pernah bertemu di suatu tempat sebelumnya..”
kataku tersenyum.
“ Suatu
tempat bernama Saint Lucia..” katanya dengan senyum terkembang.
“ Kau.. Kau
mengingatku?” tanyaku tak percaya.
“ Ne, Oppa.
Aku mengingatmu. Dengan sangat jelas..” katanya tersenyum.
“ Kau
pelayan di sini?” tanyaku heran.
“ Ani. Aku
pelanggan tetap di sini. Tadi saat aku melihatmu, tiba-tiba saja terlintas ide
berpura-pura menjadi waitress.. Aku ingin memastikan apa kau mengingatku..”
jelas Jin Ri tersenyum.
“ Kau ini..
Aku benar-benar shock saat kau bertanya dari mana aku mengetahui namamu..”
kataku.
“ Balasan
karena kau tiba-tiba menghilang saat Natal di Saint Lucia..” kata Jin Ri datar.
“ Wae? Itu
‘kan bukan kemauanku..” kataku membantah.
“ Apa kau
tidak tahu bagaimana bingungnya aku saat itu? Aku mencarimu ke mana-mana, tapi
aku tidak menemukanmu.. Aku takut sekali saat itu.. Karena aku belum mengatakan
bahwa aku menyayangimu!” katanya kesal.
“ Kau..
Menyayangiku?” tanyaku. Apa aku tidak salah dengar??
Jin Ri
menutup mulutnya dengan tangan, kaget dengan ucapannya sendiri, wajahnya
memerah. Jin Ri hanya terdiam dan menunduk dengan wajah merah padam..
Aku bangkit
dari tempat dudukku, berdiri di hadapan Jin Ri..
“ Boleh aku
memelukmu?” tanyaku. Jin Ri hanya mengangguk.
Aku segera
memeluk Jin Ri erat.. Kami berpelukan cukup lama..
“ Sang
Hyun-oppa.. Gomawoyo..” kata Jin Ri sambil menatap lagit.
“ Ne.
Gomawo, Sang Hyun..” kataku menyetujui sambil merangkul Jin Ri erat dan turut
menatap langit yang begitu luas.
Kurasa.. Tanpa
Sang Hyun, aku dan Jin Ri tidak akan bertemu.. Tapi.. Sejujurnya, Jin Ri ‘lah
malaikat yang sesungguhnya bagiku. Karena dia yang mengubahku menjadi orang
yang tidak lagi berprasangka.. Dia juga yang mengajariku arti hidup. Karena
dia, aku sadar.. Aku harus selalu berusaha melakukan yang terbaik, agar saat
tiba ajal menjemputku, tidak akan ada lagi penyesalan.. Karena dia juga aku
sadar, untuk menjalani hidupku dengan sebaik mungkin, agar saat tiba ajal
menjemputku, aku sudah benar-benar siap..
Kurasa
inilah akhir indah dari kisah Kim Dong Jun yang lama dan merupakan awal kisah
dari Kim Dong Jun yang baru.
-Fin-
Ni pertama kalinya bikin oneshoot..
tolong kritikan sarannya..
Ni fanfiction saia buat dalam rangka menjelang Natal..
Dibikin dalam sekali duduk, lhoo..
Jadi, mian kalo rada gaje...
Tolong komennya yaaa...
Gomawooo..
^^~
bagus~
BalasHapusone shoot yang panjang banget yak -___-
cuman gaya bahasamu aja yang masih kurang nggreget, tapi intinya dapet banget.
ada beberapa scene yang rada dipaksa dan mungkin akan lebih bagus kalau scene yg dipaksa itu rada dipanjangin biar ga maksa (?)
ngerti ngga? saya juga nggak XD
#plak
aku cuma syok aja pas tau si sang hyun ternyata gabriel .__.
#fumi
etooo...
BalasHapusjadi intinya, saya jadi ga ngerti juga ama komenmu..
nah loooo...
galau...
btw, klo rada dipanjangin iar ga maksa..
BalasHapusjadilah ni oneshot yg semakin panjang aja dong?..
eetoo...
bagus kok bagus
BalasHapustapi dari awal mudah ketebak ceritanyaaa
bahasanya agak dibikin santai aja yaa
tapi mungkin kafrena ceritanya romance, jadi kayk gini
aku suka kok
nice ff
makasih..
BalasHapusahahahaha..
Gampang ketebak ya?
huufftt..
bikin cerita yg ga ketebak tu susah...
Lain kali saia akan berusaha lebih baik..
makasi bwt komennya...
Huft.... hua... kurang panjang... >o<
BalasHapustp nie ep ep sbener e bsa nangis bombai lho... hehe
soal e kesan.na jadi buru2..
overall good bgt dah... 4thumbs...
mskpun aQ udah ga jd author lge tp aQ uga pernah ngrasain penderitaan cerita yg gampang ketebak... huaa... sabar yah.. gongchan akan selalu mendampingimu... wkwkwk
#hugstogether
iaaa...
BalasHapusntar tak bikin versi panjang e lek ada waktuuuu...
okeh2?
coz ga cuma kamu sing minta dipanjangin...
wkwkwkwkwwk...
Hahaha emg tuh ep ep krang panjg e... yah.. ndang d panjang.in..
BalasHapuscingu tlg lanjutin FF The lovers dong? Gomawo
BalasHapus